Berapa Harga 1 Lot Saham Gudang Garam?
Per 28 Mei 2024 (10.19), saham dengan kode ticker GGRM ini diperdagangkan dengan harga terendah 19.100 dan harga tertingginya 19.350 per lembar. 1 Lot adalah aturan minimum pembelian yang diberlakukan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) dimana setiap 1 lot, kamu akan mendapatkan 100 lembar saham.
Jika kita menggunakan harga Rp. 19.350 per lembar sebagai acuan, maka untuk 1 lot, kamu harus membayar:
1 X 100 X 19.350 = Rp 1.935.000
Sama dengan saham terbuka yang listing di Bursa Efek Indonesia, untuk membeli saham GGRM, kamu harus mendaftar sebagai nasabah di salah satu sekuritas atau broker saham seperti Mirae Asset Sekuritas, Mandiri Sekuritas, Indo Premier Sekuritas, sampai dengan NH Korindo Sekuritas.
Jika kamu saat ini sedang mencari broker saham terbaik untuk keperluan investasi, kamu bisa membaca review broker dari typograp.com. Silahkan cari kontennya di blog ini.
Harga Saham BBCA 1 Lot
Dalam pasar modal Indonesia, sejauh ini 1 lot sama dengan 100 lembar, sementara harga saham yang terlihat di layar gadget kamu di bawah ini adalah harga per lembar.
Dengan demikian, nominal modal yang diperlukan untuk membeli satu lot saham BBCA adalah harga saham dikali 100 lembar saham.
Sumber: Aplikasi Alpha
Dengan gambar di atas, dapat diketahui bahwa harga 1 lot saham BCA per tanggal 24 Maret 2023 adalah Rp882.500. Hasil 1 lot saham ini didapat dari Rp8.825 x 100 lembar saham.
Apabila kamu membeli dua lot, maka totalnya menjadi Rp1.765.000 atau 200 x 8.825, begitu pun seterusnya.
Perlu diingat bahwasanya harga saham sebuah perusahaan terus berubah sesuai dengan kondisi pasar terbaru.
Bahkan pada Oktober 2021 bank ini sempat memecah sahamnya (stock split) dari 36.600 per lembar menjadi 7.320 per lembar.
Oleh karena itu, pastikan kamu up to date dengan harga BBCA terbaru ya.
Baca juga: Contoh & Cara Analisis Fundamental Saham
PT Bank Central Asia Tbk adalah bank terbesar berdasarkan kapitalisasi pasarnya di Indonesia.
Didirikan pada tanggal 21 Februari 1957 oleh Sudono Salim, perusahaan ini dikenal sebagai bank yang menyediakan pelayanan terbaik.
Produk dan layanan yang disediakan oleh bank ini terbilang cukup komprehensif.
BBCA memberikan pinjaman terbesar ke korporasi sebesar Rp322,201 miliar.
Secara sektor, tujuan kredit BCA terbanyak diberikan ke sektor manufaktur.
BBCA berhasil mencatatkan transaksi Internet Banking Rp 4,56 T.
Per 23 Maret 2023, saham BBCA sendiri mencatatkan performa 91,97% selama 5 tahun terakhir.
Tidak hanya menyediakan layanan simpan pinjam untuk individu dan perusahaan, bank ini juga menyediakan produk kartu kredit, layanan pengiriman uang dari dan ke luar negeri, dan menyediakan berbagai aplikasi perbankan dan keuangan yang menunjang kegiatan nasabah.
Bahkan yang terbaru, Bank BCA menerbitkan aplikasi perbankan digital mereka sendiri yang bernama Blu.
Dalam lebih dari 60 tahun perjalanannya, perusahaan ini mengalami momen-momen penting, termasuk diantaranya adalah krisis 1998.
Bank BCA merupakan salah satu “korban” dari krisis moneter tersebut.
Akibatnya, Bank BCA harus melewati fase restrukturisasi dan rekapitalisasi oleh Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN).
Ketika itu, bank ini sempat mengalami panic selling akibat anjloknya nilai tukar rupiah terhadap dolar.
Sempat dimiliki oleh BPPN selama 2 tahun, pada tahun 2000 BCA mulai menjadi perusahaan publik dengan menjual 22.5% dari sahamnya ke publik melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO) dengan harga Rp1.400 per lembar.
Menurut laman resmi perusahaan ini, saat ini 54,94% saham BCA dimiliki oleh PT Dwimuria Investama Andalan, perusahaan investasi milik Hartono bersaudara (pemilik Djarum), sementara 45% sisanya dimiliki publik.
Baca juga: Faktor yang Mempengaruhi Harga Saham, Patut untuk Diketahui!
IDXChannel - Harga saham BBCA 1 lot hari ini menarik disimak. Secara umum, di berbagai bursa saham, satu lot umumnya terdiri dari 100 lembar saham, tetapi ini bisa berbeda-beda tergantung pada negara dan peraturan bursa yang berlaku.
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) tercatat sebagai emiten yang mencatatkan saham kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia. Saham BBCA juga termasuk menjadi penggerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada 2024.
Dilansir dari berbagai sumber pada Rabu (12/6/2024), IDX Channel telah merangkum harga saham BBCA 1 lot hari ini, sebagai berikut.
Harga Saham BBCA 1 Lot Hari Ini
Harga saham BBCA menunjukkan fluktuasi dalam beberapa bulan terakhir. Pola fluktuasi ini terus berlanjut dengan variasi kecil dalam harga pembukaan dan penutupan pada tanggal-tanggal sebelumnya, menunjukkan ketidakpastian dan volatilitas dalam performa saham.
Walaupun terdapat kenaikan pada beberapa hari, penurunan juga terjadi dalam periode tersebut. Harga saham Bank Central Asia (BBCA) per 10 Juni 2024 adalah Rp9,375 per lembar. Seperti yang Anda tahu, 1 lot sama dengan 100 lembar saham. Dengan demikian, harga 1 lot saham BBCA adalah Rp952.500.
Pergerakan Harga Saham BBCA dari Tahun ke Tahun
2009: Harga tertinggi mencapai Rp5.500 dan terendah Rp2.275 per saham. Saham BCA ditutup pada Rp4.850, dengan kenaikan tahunan 49,23%.2010: Saham BCA naik 31,96% menjadi Rp6.400 per saham, dengan nilai transaksi Rp25,3 triliun.2011: Pertumbuhan melambat, saham naik 25% ke Rp8.000 per saham.2012: Kenaikan hanya 13,75%, saham berada di Rp9.500 per saham.2013: Saham naik 5,49% ke Rp9.600 per saham.2014: Kenaikan signifikan 36,72% ke Rp13.125 per saham.2015: Pertumbuhan terbatas, hanya naik 1,33% ke Rp13.300 per saham.2016: Pertumbuhan kembali meningkat 16,54% ke Rp15.500 per saham.2017: Tahun gemilang dengan kenaikan 41,29% ke Rp21.900 per saham.2018: Kenaikan 18,72% ke Rp26.000 per saham.2019: Menguat 5,77% ke Rp27.500 per saham.2020: Tahun penuh tantangan, saham sempat turun ke Rp25.850 namun naik ke Rp33.850 per saham.2021: BCA melakukan stock split dengan rasio 1:5, harga saham menjadi Rp7.320 per saham.2022: Pertumbuhan 23,29%, harga saham terendah Rp7.000 per saham.
Itulah informasi terkait harga saham BBCA 1 lot hari ini yang bisa Anda simak, semoga bermanfaat. Jangan lupa untuk selalu terus update berita terkini Anda seputar bisnis dan ekonomi hanya di IDX Channel.
Saham Bank Central Asia (BBCA) turun ke zona merah mengekor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang berada di zona merah. IHSG pagi tadi berada di level 7.200-an
Berdasarkan data RTI, Senin (11/11/2024), pukul 09.10 WIB perdagangan IHSG dibuka di level 7.262,82, melemah 24 poin atau 0,33%. IHSG bergerak di level tertinggi 7.287,25 dan level terendah 7.255,73.
Melansir Bursa Efek Indonesia (BEI), saham BBCA hari ini dibuka melemah ke level Rp 9.900 dimana sebelumnya harga saham BBCA berada di angka Rp 10.075.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelemahan ini dinilai karena adanya pengaruh faktor ekonomi makro global dan domestik yang memengaruhi adanya sentiman investor terhadap saham bank raksasa di Indonesia.
Pasalnya tak hanya BBCA yang anjlok, tapi juga semua saham bank plat merah seperti Bank Nasional Indonesia (BBNI), Bank Rakyat Indonesia (BBRI), dan Bank Mandiri (BMRI) ikut melemah di hari ini.
Fluktuasi atau pergerakan saham BBCA hari ini diprediksi bergerak di kisaran angka Rp 9.800 - Rp 10.950. Sedakan selama 2024 saham BBCA bergerak di angka Rp 8.675 - Rp 10.950.
Sebagai informasi, pada kuartal III 2024 Bank Central Asia berhasil catatkan laba bersih sebesar Rp 41,1 triliun dimana angka ini tumbuh 12,8% dari tahun sebelumnya pada periode yang sama . Laba per saham juga ikut naik 16,16% menjadi Rp 115.000.
Demikian informasi terkait harga saham BBCA hari ini, semoga bermanfaat ya detikers!
Lihat juga video: Pengaruh Pemilihan Umum Amerika Serikat Terhadap Pasar
[Gambas:Video 20detik]
Tidak dapat dipungkiri bahwasanya Bank BCA adalah salah satu emiten perbankan terbaik di pasar modal Indonesia.
Dengan nilai kapitalisasi pasar lebih dari 1000 triliun rupiah per 23 Maret 2023, BCA menjadi emiten nomor 1 di Bursa Efek Indonesia dengan nilai kapitalisasi pasar terbesar.
Kamu tertarik untuk membeli saham bank BCA?
Sebelum kamu tertarik untuk membelinya, sebaiknya kamu tahu terlebih dahulu berapa nominal modal yang dibutuhkan untuk membeli saham perusahaan dengan kode BBCA ini.
Terkadang, harga saham menggambarkan tinggi rendahnya minat pasar terhadap saham tersebut pada suatu waktu.
Jika ingin mengetahui alasan saham itu harganya tinggi, investor perlu memperhatikan likuiditas saham tersebut.
Likuiditas bisa diketahui dengan cara melihat antrian order kolom bid dan offer selama beberapa hari.
Kuncinya, bukan angka bid dan offer yang selalu sama, melainkan stabilnya permintaan bid dan offer pada range tertentu.
Pentingnya likuiditas ini juga menyebabkan hadirnya indeks LQ45 atau 45 saham terlikuid di Bursa Efek Indonesia.
Jika kamu sudah mengetahui sebuah saham likuid atau tidak barulah kamu bisa menyadari apakah harga saham yang tinggi memang karena investor yang berminat membelinya banyak atau tidak.
Semakin tinggi harga saham, semakin banyak pula modal yang diperlukan, tapi itu artinya juga minat investor terhadap saham tersebut juga cukup tinggi.
Lantas, berapakah harga 1 lot saham BBCA?
Simak selengkapnya berikut ini.
Rekap Data Saham PT. Gudang Garam Tbk Hari ini
Mohon tunggu, sedang memuat data...
Harga Per Lembar Hari ini
ListingBursa Efek Indonesia (IDX)
Cikal Bakal perusahaan PT Gudang Garam Tbk dimulai pada tahun 1958 yang didirikan oleh Surya Wonowidjojo yang memulai Gudang Garam sebagai industri rokok rumahan, dimana pada saat itu mereka memproduksi rokok Sigaret Kretek Tangan (SKT) dan kretek klobot (SKL).
Hingga hari ini, perusahaan yang memiliki kode GGRM ini telah membuat banyak sejarah, dimulai dari tahun 1960 yang membuka cabang di Gurah untuk memproduksi SKL dan SKT, membuka dua unit lahan baru seluas 1000 meter persegi di tahun 1968, bertransformasi menjadi Firma pada tahun 196, berubah menjadi PT pada tahun 1971, mulai mengadopsi Sigaret Kretek Mesin (SKM) pada tahun 1979, listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tahun 1990, memproduksi kretek mild pada tahun 2002, dan tercatat pada tahun 2013 mereka melakukan perluasan area produksi dimana total sudah mencapai 208 hektar yang terletak di Kediri dan Pasuruan. Pada tahun 2013 mereka juga mulai mengoperasikan gedung baru di Jakarta.
Kesuksesan PT Gudang Garam Tbk dalam industri rokok tanah air tentu saja tidak terlepas dari tangan dingin seorang Surya Wonowidjojo, pendiri menanamkan nilai filosofis untuk menjalankan PT Gudang Garam Tbk yang dikenal sebagai Catur Dharma.
Filosofi Catur Darma terdiri dari 4 point utama yakni, kehidupan yang bermakna dan berfaedah untuk masyarakat luas sebagai kebahagiaan, kerja keras ulet jujur sehat beriman merupakan syarat kesuksesan, kerjasama dengan orang adalah kunci kesuksesan, dan memandang karyawan sebagai mitra usaha utama.
Hingga saat ini, PT Gudang Garam Tbk dikenal sebagai salah satu perusahaan rokok kretek ternama di Indonesia, dimana dunia juga mengenal negara kita sebagai sentra utama untuk perdagangan rempah.
Tidak hanya sukses di pasar Indonesia, PT Gudang Garam Tbk selepas kepergian pendiri yang meninggal dunia, Rachman selaku adik memulai gebrakan baru, dimana Gudang Garam mulai merambah ke pasar luar negri yang membuat perusahaan ini mampu memperoleh pendapatan mencapai 95,7 triliun.
Dengan torehan ini, bahkan pada tahun 2019 mereka berhasil masuk kedalam perusahaan terbuka terbesar di dunia, dimana Gudang Garam berada di urutan ke 1.448 dengan total aset sebanyak Rp. 68,64 triliun.
Harga Saham BBCA dari Tahun ke Tahun
Sumber: Google Finance
Apabila dilihat dari gambar di atas, terlihat bahwasanya dalam jangka waktu kurang lebih 18 tahun (data di atas mulai dari tahun 2005), saham perusahaan perbankan ini naik hingga 2.300% dari 345 rupiah menjadi 8.675 rupiah per lembar.
Stock split adalah pemecahan harga saham dengan rasio tertentu, agar harga saham tersebut tetap likuid atau tetap terjangkau sehingga dapat diperjualbelikan secara aktif oleh investor.
Misalnya, sebelum stock split, harga saham A adalah sebesar Rp10.000 per lembar.
Saham A lantas melakukan pemecahan harga 1:10, kini harga saham A menjadi 1.000 per lembar dan investor yang sebelumnya memiliki 1 lembar saham A dengan harga Rp10.000, kini memiliki 10 lembar.
Dalam kasus BBCA, bank yang dulu dimiliki oleh Salim Group ini melakukan 3 kali stock split yaitu pada:
Lalu, apakah harga saham Bank BCA terus naik?
Oh tentu tidak, karena memang tidak ada saham yang selalu naik, pasti ada saatnya harga saham turun.
Pada awal pandemi lalu atau tepatnya tanggal 2-20 Maret, harga saham BBCA turun hingga 32% dari Rp6.700-an per lembar menjadi Rp4.700-an per lembar.
Supaya kamu tidak salah waktu saat membeli saham ini, pastikan kamu menggunakan aplikasi investasi yang memiliki data pergerakan harga saham yang up to date dan memiliki fitur company action.
Sebab, kebijakan seperti stock split, dan aksi korporasi lain bisa mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut di pasaran.
Baca juga: Cara Investasi Saham untuk Pemula
Jika kamu tertarik untuk membeli saham BBCA, maka langkah pertama yang harus kamu lakukan adalah memilih perusahaan sekuritas dan membuka rekening dana nasabah di perusahaan sekuritas tersebut.
Pastikan perusahaan sekuritas tersebut terdaftar secara resmi di OJK dan memiliki aplikasi investasi praktis seperti aplikasi Alpha yang dimiliki oleh PT Paramitra Alfa Sekuritas.
Berikut ini cara membeli saham di Alpha Investasi dari PT Paramitra Alfa Sekuritas:
Meskipun tampak sederhana, pastikan kamu melakukan analisis yang tepat terlebih dahulu sebelum membeli saham ini, agar bisa membeli saham BBCA di harga dan waktu yang tepat.
Baca juga: Cara Beli Saham yang Mudah dan Benar
Berinvestasi dalam saham memerlukan penelitian yang komprehensif: Anda harus mempelajari dengan cermat seluruh data yang tersedia, antara lain keuangan perusahaan, berita terkait, dan analisis teknikalnya. Jadi analisis teknikal untuk BANK CENTRAL ASIA menunjukkan peringkat jual untuk hari ini, dan peringkat 1 minggunya adalah netral. Karena kondisi pasar yang rentan terhadap perubahan, sebaiknya anda melihat lebih jauh ke masa depan — berdasarkan peringkat 1 bulan, saham BANK CENTRAL ASIA menunjukkan sinyal beli. Lihat selengkapnya tentang
untuk analisis yang lebih komprehensif.
Jika anda masih ragu, cobalah untuk mencari inspirasi di
Bila dilihat dalam setahun terakhir (30 Juli 2018-27 Juli 2018), saham BBCA bahkan sudah memberi keuntungan 24,2 persen
Bila dilihat dalam setahun terakhir (30 Juli 2018-27 Juli 2018), saham BBCA bahkan sudah memberi keuntungan 24,2 persen
Bareksa.com - Saham-saham di sektor perbankan (finance) masih menunjukkan pergerakan yang melambat sejak awal tahun 2018, seiring dengan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga tertekan. Namun, berbeda dengan saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), yang justru memberikan keuntungan kepada para investor termasuk juga reksadana yang memegang saham ini di dalam portofolionya.
Indeks sektor perbankan (finance) di Bursa Efek Indonesia yang sejak awal tahun 2018 hingga saat ini (year to date 27 Juli 2018) menurun sebesar 8,3 persen, lebih dalam dibandingkan penurunan IHSG 5,77 persen. Namun perlambatan di sektor perbankan ini tidak memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap harga saham BBCA.
Harga saham BBCA telah mencatatkan kenaikan sebesar 6,05 persen secara year to date. Pada akhir tahun lalu saham ini ditutup di level harga Rp 21.900 dan pada penutupan perdagangan kemarin (27 Juli 2018) ditutup pada level Rp 23.225 per saham.
Perbandingan Sektor Perbankan, IHSG dengan Saham BBCA Setahun
Bila dilihat dalam setahun terakhir (30 Juli 2018-27 Juli 2018), saham BBCA bahkan sudah memberi keuntungan lebih tinggi, yakni mencapai 24,2 persen. Padahal, indeks sektor perbankan hanya naik 6,54 persen dan IHSG hanya menguat 2,54 persen.
Portofolio Reksa Dana
Seiring dengan meningkatnya harga saham BBCA, kinerja sejumlah reksadana yang memiliki saham ini di portofolio juga ikut bergairah. Ada tiga produk reksadana saham yang memegang saham BBCA ini di dalam portofolionya dan dijual di Marketplace Bareksa, yakni Syailendra Equity Opportunity Fund, TRIM Kapital Plus, dan TRAM Infrastructure Plus, yang masing-masing dikelola oleh PT Syailendra Capital dan PT Trimegah Asset Management.
Tabel Perbandingan Kinerja Reksadana Saham
Dalam fund fact sheet periode Juni 2018, alokasi asset terbesar Syailendra Equity Opportunity Fund, yaitu pada saham PT Bank Central Asia Tbk, PT H.M. Sampoerna Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, dan PT Indah Kiat Pulp and Paper Tbk.
Reksadana saham ini telah memberikan return sejak awal tahun (year to date) hingga 27 Juli 2018 sebesar 2,54 persen dan secara tahunan telah tumbuh 13,28 persen.
Return Reksadana secara Year to Date (27 Juli 2018)
Sementara itu, reksadana TRIM Kapital Plus memiliki alokasi asset pada saham PT Astra International Tbk, PT Bank Central Asia Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk, PT XL Axiata Tbk, dan PT United Tractors Tbk.
Reksadana saham ini telah memberikan return sejak awal tahun (year to date) hingga 27 Juli 2018 sebesar 12,83persen dan secara tahunan telah tumbuh tumbuh sebesar 19,45 persen.
Kemudian, reksadana TRAM Infrastructure Plus memiliki alokasi aset pada saham PT Adhi Karya (Persero), PT Buyung Poetra Sembada Tbk, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, PT Toba Bara Sejahtera Tbk, dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.
Reksadana saham ini telah memberikan return sejak awal tahun sebesar 10,27 persen (YTD). Sepanjang setahun terakhir TRAM Infrastructure Plus sudah memberikan keuntungan sebesar 14,32 persen kepada para investornya. (hm)
Ingin berinvestasi reksa dana? - Daftar jadi nasabah, klik tautan ini - Beli reksa dana, klik tautan ini - Pilih reksa dana, klik tautan ini - Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.
Liputan6.com, Jakarta - Saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) resmi diperdagangkan dengan harga baru pada Rabu, (13/10/2021) setelah mendapatkan persetujuan jadwal stock split dari Bursa Efek Indonesia (BEI).
Perseroan menggelar stock split dengan rasio 1:5 atau satu dipecah menjadi lima saham baru. Nilai nominal per saham BBCA sebelum stock split adalah Rp 62,5, sedangkan nilai nominal per saham BBCA menjadi Rp 12,5.
Sesuai dengan jadwal, Selasa, 12 Oktober 2021 merupakan hari bursa terakhir saham BBCA diperdagangkan dengan nilai nominal lama di pasar reguler dan pasar negosiasi.
Kemudian, harga saham BBCA dengan nilai nominal baru mulai diperdagangkan pada pasar reguler dan pasar negosiasi pada hari ini. Harga saham BBCA pada saat siaran pers ini dikeluarkan berkisar Rp7.320 per saham, atau setara dengan Rp36.600 per saham sebelum stock split.
Pada penutupan perdagangan saham sesi pertama, Rabu, 13 Oktober 2021, saham BBCA naik 2,39 persen ke posisi Rp 7.500 per saham.
Saham BBCA berada di level tertinggi Rp 8.250 dan terendah Rp 7.400 per saham. Total frekuensi perdagangan saham 76.559 kali dengan volume perdagangan 1.464.675. Nilai transaksi Rp 1,2 triliun.
Adapun dengan stock split ini, investor bisa hanya mengeluarkan dana Rp 750.000, misalkan investor yang memiliki satu lot saham BCA, (1 lot berisi 100 saham). Sebelum stock split, jika memakai harga penutupan perdagangan 12 Oktober 2021 sebesar Rp 36.600, investor harus merogoh dana Rp 3,66 juta untuk satu lot saham.
Perdagangan di pasar reguler dan pasar tunai harus dalam satuan perdagangan (round lot) Efek atau kelipatannya, yaitu 100 efek. Sementara perdagangan di pasar negosiasi tidak menggunakan satuan perdagangan (tidak round lot), atau bisa kurang dari 100 lembar.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Majalah Men's Obsession kembali menggelar penghargaan Obsession Awards pada tahun ini. Ajang ini merupakan ajang penghargaan yang digelar untuk ke-12 kalinya dan rutin digelar setiap tahun.
Bisnis.com, TABANAN — PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) akan membagikan dividen interim senilai Rp42,5 per saham atau setara Rp5,23 triliun pada Desember 2023 kepada pemegang saham. Seberapa menarik saham BBCA bagi investor yang mengincar dividen atau dividend hunter?
Investment Analyst Infovesta Kapital Advisori Fajar Dwi Alfian mengatakan secara momentum, sebetulnya tebaran dividen ini cukup menarik.
"Apalagi kekhawatiran pasar keuangan global terkait suku bunga The Fed sudah mulai mereda, sehingga asing juga mulai masuk. Hal ini berpotensi mngerek harga saham-saham big caps, termasuk BBCA," katanya kepada Bisnis pada Kamis (23/11/2023).
Selain itu, secara sentimen, menjelang Pemilu 2024, saham-saham big caps seperti BBCA juga cenderung diuntungkan.
Namun, secara rasio pembagian, dividen interim tersebut memiliki dividend yield sekitar 0,4%. Angka tersebut masih jauh di bawah suku bunga deposito bank. "Sehingga bagi dividend hunter masih kurang menarik," kata Fajar.
Sebelumnya, analis Reliance Sekuritas Lukman Hakim mengatakan pembagian dividen interim pada dasarnya dapat meningkatkan appetite investor untuk berinvestasi di pasar saham Indonesia.
“Hal tersebut dapat meningkatkan capital inflow maupun transaksi di pasar saham Indonesia,” kata Lukman.
Ia mengatakan mulai ramainya pembagian dividen interim pada semester II/2023 menjadi keuntungan bagi para pelaku pasar yang menerapkan strategi jangka panjang, dengan memanfaatkan adanya pembagian dividen interim.
“Sementara itu, investor jangka pendek juga dapat memanfaatkan momentum ini dengan memperhatikan dividend yield,” tuturnya.
Sebagaimana diketahui, BCA memutuskan untuk membagikan dividen interim senilai Rp42,5 per saham dari kinerja keuangan per September 2023. Emiten Grup Djarum milik konglomerat Keluarga Hartono tersebut telah membukukan laba bersih secara konsolidasi sebesar Rp36,4 triliun per September 2023, naik 25,8% secara tahunan (year on year/yoy).
BCA memiliki jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sebanyak 123,275 miliar saham sehingga total dividen yang diberikan mencapai Rp5,23 triliun.
Nilai tebaran dividen interim itu naik 21,4% dibandingkan tebaran pada 2022 sebesar Rp35 per saham atau dengan nilai Rp4,31 triliun.
Adapun, Executive Vice President Corporate Communication & Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan ada sejumlah pertimbangan BCA dalam memberikan dividen interim dengan nilai tersebut. "Pertimbangannya kami ingin memberi nilai tambah, dilihat juga dengan beberapa hal terkait kinerja perusahaan serta dari pencadangan dana," katanya setelah acara Sosialisasi Green Sukuk ST011 & Penanaman Pohon Bakti BCA pada Kamis (23/11/2023) di Bali.
Selain itu, BCA mempertimbangkan kondisi ekonomi baik domestik maupun global. "Ke depan sangat chalangging bagi Indonesia, karen Indonesia tidak berdiri sendiri, ada faktor geopolitik hingga kebijakan Fed Fund Rate yang memengaruhi. Itu akan dikaji dari sisi makro ekonomi," ujar Hera.
Sementara, berdasarkan catatan Bisnis, BCA tidak pernah absen membagikan dividen interim kepada para pemegang saham sejak 2004. BCA menjadi salah satu perusahaan yang dikenal royal membagikan keuntungan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen. Rekam jejak itu membuat saham BBCA menjadi salah satu anggota indeks IDX High Dividend 20.
BCA biasanya membagikan dividen sebanyak dua kali untuk satu periode tahun buku keuangan sejak 2004. Pertama, perseroan membagikan dalam bentuk dividen interim yang biasanya diumumkan pada rentang September hingga Desember. Kedua, BBCA membagikan dividen final yang diputuskan melalui rapat umum pemegang saham tahunan.
Ingin tahu berapa uang yang kamu keluarkan untuk membeli saham PT Gudang Garam Tbk? 1 lot saham gudang garam hari ini berapa? cari tahu jumlah uang yang harus kamu bayar melalui kalkulator di bawah ini. Masukan jumlah lot yang ingin kamu beli, dan klik hitung.
Kalkulator Saham PT. Gudang Garam Tbk
Tunggu dulu selama 4 detik.